Sabtu, 17 November 2007

GENERASI MUDA MENYONGSONG TANTANGAN ZAMAN

MASA ADOLOSENSI

Adolosensi berasal dari bahasa latin adoloscence yang artinya tumbuh ke arah kematangan atau kedewasaan, yang meliputi aspek kepribadian fisik dan mental. Dengan demikian masa adolosensi merupakan masa persiapan menuju kedewasaabn. Dari segi bahasa Inggris, masa ini merupakan perubahan dari boy menjadi man dan untuk manita dari girl menjadi woman.
Istilah lain yang lazim dipergunakan untuk menunjukan periode ini adalah pubescence dan puberti. Kedua kata itu berasal dari kata pubes yang artinya bulu. jadi masa ini ditandai dengan perubahan-perubahan dalam pertumbuhan jasmaniah seperti tumbuhnya bulu, tinggi badan, berat badan, kematangan organ-organ seks, dan sebagainya. Istilah pubescent digunakan untuk menunjukan suatu periode kira-kira 2 tahun menjelang pubertas dan dengan ditandai perubahan-perubahan fisik pesat.
Puberty dapat diartikan sebagai titik perkembangan dimana perubahan biologis pada pubescent mencapai klimaks yaitu matangnya organ seks. Rouseau dalam bukunya "Emile" menamakan masa adolosensi ini sebagai akhir dari masa anak-anak dan lahir sebagai manusia dewasa.
Fase Masa Adolosensi / Pubertas
Jika dilihat dari garis proses perkembangan maka secara keseluruhan masa adolosensi dimulai pada akhir masa anak-anak hingga permulaan dewasa. Secara kronologis masa ini berada antara umur kurang lebih 12 tahun sampai 24 tahun (ada juga yang membatasi antara 12 - 21 tahun, 14 - 24 tahun, 12 - 18 tahun dan sebagainya).
Masa tersebut terbagi lagi menjadi sub-periode, yaitu :
  1. Pre-adoloscence (adolosensi awal) : 11 - 13 tahun (perempuan), 13 - 15 tahun (laki-laki)
  2. Early adoloscence (adolosensi permulaan) : 13-15 tahun (perempuan), 15-17 tahun (laki-laki)
  3. Middle adoloscence (adolosensi sebenarnya) : 15-18 yahun (perempuan), 17-19 tahun (laki-laki)
  4. Late adoloscence (adolosensi akhir) : 18-21 tahun (perempuan), 19-21 tahun (laki-laki)
  5. Pre-adulthood (dewasa awal) : 21-24 tahun (perempuan dan laki-laki)

Secara psikologi masa ini merupakan kelanjutan dari masa-masa sebelumnya dan merupakan pencapaian kematangan mental dalam persiapan mencapai kedewasaan.Dari sudut sosiologi, masa adolosensi merupakan jembatan antara masa anak-anak ke masa dewasa yang bebas sebagai anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab. Dari segi biologis, masa ini ditandai dengan perubahan organ-organ jasmaniah yaitu matangnya beberapa kelenjar, antara lain kelenjar-kelenjar seksual.

to be continue.....

Rendi Sasongko,22 tahun,swasta

CINTA ALAM INDONESIA

KEKUATAN PENYEMBUH CINTA


Tahun ini kami menanti natal dengan perasaan cemas. Waktu itu tahun 1944, dan bagi keluarga kami perang terasa tak kunjung berakhir.
Telegram sudah dating di bulan agustus. Barang-barang pribadi Bob yang tak seberapa, bendera penutup kerandanya, peta tempat pemakamanya di kepulauan Filipina, dan lencana kehormatannya tiba satu persatu, dan semakin menambah kesedihan kami.
Lahir di kawasan padang rumput Midwest, abangku itu menunggu kuda ke sekolah, tetapi ingin menerbangkan pesawat sejak pertama kali melihat pesawat. Menjelang umurnya dua puluh satu, kami tinggal di Seatle, Washington. Ketika perang dunia II pecah, Bob mendatangi kantor perekrutan Angkatan Udara terdekat. Ramping dan kurus seperti ayahnya, berat badannya masih kurang 5 kilo.
Tanpa patah semangat, ia membujuk ibu agar memasak setiap makanan penggemuk yang ibu ketahui. Ia menjejali perutnya, bahkan sebelum makan maupun sesudah makan. Kami tertawa dan memanggilnya “si gendut.”
Di kantor Kadet Angkatan Laut, ia menimbang badannya, masih kurang satu setengah kilo. Ia putus asa. Teman-temannya sudah berangkat satu per satu, teman karibnya sudah di Korps Marinir Udara. Keesokan harinya ia makan setengah kilo dendeng penuh lemak, enam butir telur, dan lima buah pisang, minum dua gallon susu, dan dengan perut gendut seperti babi, ia kembali menapaki timbangan. Ia lolos uji penimbangan dengan kelebihan delapan ons.
Ketika ia ditunjuk sebagai Hot Pilot di sekolah pelatihan pertama di Pasco, Woshington. Dan secara sukarela bergabung dengan “Caterpillar Club.” Di St.Mary”s, California, kami menggeleng-gelengkan kepala dan khawatir. Ibu berdoa terus. Bob tidak mengenal takut sejak lahir, dan ibu tahu hal itu. Sebelum lulus dari Corpuse Christi, ia minta ditransfer ke Korps Marinir Udara di Pensacola, Florida. Ia berlatih dalam pesawat pembom torpedo sebelum dikirim ke seberang lautan.
Mereka bilang Bob tewas di bawah berondongan tembakan musuh di atas Papua Nugini dalam pesawat yang dulu begitu ingin ia terbangkan.
Aku tak pernah menangisi Bob. Di mataku terbayang abangku mengepak-ngepakan sayap diantara awan-awan, mengerjakan hal yang paling ia sukai, dengan mata biru bersinar-sinar penuh kecintaan pada hidup. Tetapi aku menangisi kesedihan yang tak pernah meninggalkan mata kedua orang tuaku.
Iman ibu berhasil menabahkan dirinya, tetapi ayah cepat menua di depan mata kami. Ayah memasang telinga dengan santun setiap kali pendeta datang berkunjung, tetapi kami tahu hatinya getir. Ia memaksakan diri bekerja kera setiap hari, tapi kehilangan minat pada hal lain, termasuk Masonic Club yang begitu dicintainya. Dulu ia sangat menginginkan cincin Masonic, dan atas desakan ibu ia mulai menabung untuk membeli cincin itu. Setelah Bob tiada, tentu saja tabungan itu pun terhenti.
Aku menunggu Natal dengan hati cemas. Bob sangat menyukai Natal. Semangatnya menbengkitkan gairah kami. Kejutan-kejutannya sangat mengesankan : sebuah rumah boneka yang dibuat di sekolah, sebuah gaun mahal buat ibu yang ia beli dengan hasil keringatnya yang pertama. Segala sesuatu harus mengandung kejutan.
Bagaimana Natal nanti tanpa Bob? Tak banyak berarti. Para paman, bibi, nenek akan dating, sehingga kami tetap harus menyiapkannya meskipun hanya demi kenangan masa lalu, tapi hati kami tidak di situ. Ayah duduk termenung dari hari ke hari, memandang keluar jendela dengan mata hampa, dan hati ibu sarat kekhawatiran.
Pada 23 Desember tibalah sebuah paket lain yang tampak begitu formal. Ayahku memperhatikan dengan wajah membatu sementara ibu mengeluarkan seragam biru Bob dari bungkusan itu. Semua membisu. Ketika ibu mellipat kembali seragam itu, munculah insting keibuannya, secara spontan ia menelusuri kantong-kantongnya dengan hati teriris.
Dalam sebuah kantong kecil di bagian dalam jaketnya terdapat selembar uang 50 dollar yang dilipat dengan rapi dengan tulisan kecil Bob yang kami hafal betul “untuk cincin Masonic ayah”. Sekalipun nanti aku berumur 100 tahun, aku tidak akan lupa pada wajah ayah. Suatu transformasi yang indah dan suatu sentuhan yang ketakjuban, sebuah kilasan kegembiraan, kedamaian tanpa kata-kata yang begitu indah untuk disaksikan. Oh, daya penyembuh cinta kasih. Kemudian ayah melangkah ke arah foto Bob yang tergantung di dinding dan beri hormat militer.
“Selamat Natal Nak”, gumamnya lalu berpaling untuk menyambut Natal.




Mary Sherman Hilbert
A 6th Bowl of Chicken Soup for the Soul

PILIHANKU.....??

DOA PADA SEBUAH PENGHARAPAN



Saat kau berjalan di sebuah jalan yang dipenuhi keindahan tatapan mata. Indahnya bintang-bintang yang menghiasi langit, lembutnya sinar bulan yang seakan memberi kedamaian. Sebuah lilin kecil dengan cahayanya yang redup, datang menghampirimu. Lilin itu hanya diam dan terus memandangi dirimu yang sedang menikmati indahnya perjalanmua. Sadarkah kau bahwa lilin kecil dengan sinarnya yang redup adalah seberkas sinar kecil yang diutus dari surga untuk dirimu?
Lilin kecil yang redup itu terus mengikutimu dan mengiringimu. Tanpa sadar cahayanya semakin lama semakin lemah. Akan tetapi dia tetap menyala seolah-olah enggan mematikan cahayanya. Lilin itu sadar bahwa ia hanyalah lilin kecil yang tak berarti apa-apa dan tak berharga jika dibandingkan dengan bulan dan bintang. Lilin itu tetap yakin dapat menerangi jalanmu dan memberi sentuhan hangat sepanjang jalanmu yang dipenuhi keindahan tatapan mata. Ia yakin tidak akan pernah padam meskipun wujudnya kelak akan tiada lagi. Karena ia adalah cahaya dari surga.
Waktu terus berjalan, kaki kecilmu dengan lincah berjalan sambil melompat menikmati indahnya duniamu saat ini yang dipenuhi segala rupa keindahan. Hingga dirimu sampai disebuah perbatasan. Perbatasan antara hitam dan putih. Dirimu berhenti dan terdiam memandangi jalan dihadapanmu yang begitu gelap dan sunyi. Tampak hatimu bimbang dan ragu untuk memilih dan meyakininya. Ingin rasanya menetap disini dan terus menikmati indahnya bulan dan bintang. Tapi disanalah diseberang jalan gelap dan sunyi itu masa depanmu dan kebahagiaan sejatimu kelak. Tatapan matamu terpaku pada lilin kecil yang sejak awal mengikutimu. Cahayanya yang tak lama lagi akan padam. Hatimu selalu saja bertanya, “apakah lilin itu sanggup menerangiku melewati jalan gelap dan mengantarkanku hingga keseberang untuk mendapatkan masa depan dan kebahagiaanku?”
Tatapan matamu yang kosong, tiba-tiba berubah manjadi terperanga melihat sosok bayangan seseorang muncul di cahaya lilin yang hampir padam itu. Sosok dengan kulit keriput, renta, dan tek memiliki kekuatan apapun selain ucapan sebuah tuntunan dan harapan yang menjadi sebuah doa. Sosok tua itu lalu berkata kepada dirimu, “ Nak, janganlah bimbang dan ragu untuk memilih. Berusahalah focus terhadap apa yang akan kau pilih. Mungkin kau memiliki banyak pilihan untuk dirimu. Mungkin kau memiliki banyak harapan yang dapat kau gantungkan kepada siapa saja. Tapi ingatlah, pada saatnya dirimu harus memilih satu yang pasti. Satu harapan yang harus kau raih dan melepaskan harapan yang lain. Karena kita tidak dapat hidup tenang, damai, dan bahagia dengan banyak pilihan yang kita pilih semua. Keraguan yang tertanamkan pada pilihan yang telah kau pilih hanya akan membuatmu hancur dikemudian hari. Setiap pilihan tidak selamanya membahagiakan pada awalnya. Setiap pilihan tidak selamanya tampak elok di muka.” Dirimu masih terdiam membisu.
Sosok tua itu kembali berkata, “ buka jalan pikiranmu, luluhkan hati dan egomu dengan nuranimu. Janganlah kekerasan hatimu menghilangkan keyakinanmu terhadap sesuatu yang telah kau pilih. Janganlah egomu mengalahkan rasa ibamu akan suatu hal. Masuklah terus kedalam hati dan pikiranmu hingga yang kau rasakan hanyalah aliran darahmu, detak jantungmu, dan tulang-tulangmu yang terasa dingin ditengah kehangatan. Berdoalah pada tuhan dan mintalah bimbingan dari-Nya. Aku hanyalah sosok tua yang renta. Yang tak dapat menemanimu melewati jalan gelap itu. Tapi doaku akan selalu kau dengar disetiap desis angin yang kau rasakan. Cahaya penerangan ada di hatimu yang depenuhi dengan keyakinan dan pengharapan sebuah cinta kasih akan masa depanmu…”





Rendi Sasongko, 22 thn, swasta.

TUT WURI HANDAYANI

Tanggal 3 juli 1922 adalah titik balik dalam pergerakan Indonesia karena muncul ruang baru, yakni ruang non-kooperatif nemun berasas kebangsaan. Ketika RM. Suwardi Surjaningrat mendirikan Taman Siswa. Suwardi kemudian mengganti namanya menjadin Ki Hajar Dewantara dan mulailah pergerakan nasional dengan basis pendidikan. Salah satu aturan main dari Taman Siswa adalah guru harus mampu berdiri di muka memberi teladan kepada murid, ditengah untuk menyemangati, dan berdiri di belakang untuk memberi peluang berkarya. Konsepnya adalah "ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Konsep guru inilah yang ditransformasikan secara luas ke dalam konsep kepemimpinan.
Ing ngarsa sung tulada, artinya adalah sebagai pemimpin pada top level management manapun seyogyanya mampu memberi contoh yang baik (sebagai teladan).
Ing madya mangun karsa, bahwa siapapun pemimpin itu dia adalah middle manager. Artinya apabila mau berfikir dan bertindak harus konsisten, siapa pun pemimpin itu pasti memiliki atasan. Dengan demikian sebagai pemimpin jika ingin berhasil dianjurkan untuk dapat membentuk, memperhatikan, memelihara, dan menjaga kehendak dan keperluan atasannya serta bahannya secara seimbang.
Tut wuri handayani, sebagai pemimpin kita harus mampu mengasuh bawahan dengan baik, bukan memanjakan tetapi justru memberikan arahan dan rasa aman.
Meskipun ketiga ajaran ini ditemukan untuk keperluan mendidik, sehingga saat ini digunakan sebagai slogan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Namun kiranya cukup aktual untuk diterapkan dalam sebuah leadership atau kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah perpaduan yang unik antara pemimpin, sahabat, dan guru. Untuk menegakkan kepercayaan, pemimpin harus mampu menunjukan bahwa ia mempunyai kelebihan dibanding yang lain. Pemimpin harus berdiri di depan atau berada ditempat teratas untuk memberi instruksi kepada bawahannya. Namun, pemimpin yang berada di depan terlalu jauh dan terlalu lama akan membosankan bagi pengikutnya. Jadi, pemimpin harus di depan tetapi tidak terlalu jauh. Pemimpin ternyata tidak cukup harus di depan. Management modern mengajarkan mita untuk membangun tim kerja yang memberdayakan tim kerja.
Membangun tim kerja tidaklah sulit, karena prinsipnya adalah organizing. Namun memberdayakan tim tidaklah mudah karena anggota tim adalah manusia dengan berbagai latar belakang, karakter, keinginan, motivasi, bahkan visi yang berlabihan.
Tugas pemimpin yang lain adalah mencari calon-calon pemimpin baru yang kelak akan menggantikannya. Tidak hanya sekedar mencari tapi juga menyiapkannya. Salah satu cara paling baik adalah memberi kesempatan untuk belajar memimpin dengan memberi peluang berkereasi dalam koridor korporasi. Disini kita juga bertemu dengan prinsip delegasi, dimana pemimpin memberi kewenangan secara terbatas kepada bawahannya untuk mengembangkan tugas yang diberikannya secara proposional. Dalam bahasa Ki Hajar ini disebut tut wuri handayani atau dalam bahasa management disebut "to motivate".