Sabtu, 17 November 2007

TUT WURI HANDAYANI

Tanggal 3 juli 1922 adalah titik balik dalam pergerakan Indonesia karena muncul ruang baru, yakni ruang non-kooperatif nemun berasas kebangsaan. Ketika RM. Suwardi Surjaningrat mendirikan Taman Siswa. Suwardi kemudian mengganti namanya menjadin Ki Hajar Dewantara dan mulailah pergerakan nasional dengan basis pendidikan. Salah satu aturan main dari Taman Siswa adalah guru harus mampu berdiri di muka memberi teladan kepada murid, ditengah untuk menyemangati, dan berdiri di belakang untuk memberi peluang berkarya. Konsepnya adalah "ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Konsep guru inilah yang ditransformasikan secara luas ke dalam konsep kepemimpinan.
Ing ngarsa sung tulada, artinya adalah sebagai pemimpin pada top level management manapun seyogyanya mampu memberi contoh yang baik (sebagai teladan).
Ing madya mangun karsa, bahwa siapapun pemimpin itu dia adalah middle manager. Artinya apabila mau berfikir dan bertindak harus konsisten, siapa pun pemimpin itu pasti memiliki atasan. Dengan demikian sebagai pemimpin jika ingin berhasil dianjurkan untuk dapat membentuk, memperhatikan, memelihara, dan menjaga kehendak dan keperluan atasannya serta bahannya secara seimbang.
Tut wuri handayani, sebagai pemimpin kita harus mampu mengasuh bawahan dengan baik, bukan memanjakan tetapi justru memberikan arahan dan rasa aman.
Meskipun ketiga ajaran ini ditemukan untuk keperluan mendidik, sehingga saat ini digunakan sebagai slogan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Namun kiranya cukup aktual untuk diterapkan dalam sebuah leadership atau kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah perpaduan yang unik antara pemimpin, sahabat, dan guru. Untuk menegakkan kepercayaan, pemimpin harus mampu menunjukan bahwa ia mempunyai kelebihan dibanding yang lain. Pemimpin harus berdiri di depan atau berada ditempat teratas untuk memberi instruksi kepada bawahannya. Namun, pemimpin yang berada di depan terlalu jauh dan terlalu lama akan membosankan bagi pengikutnya. Jadi, pemimpin harus di depan tetapi tidak terlalu jauh. Pemimpin ternyata tidak cukup harus di depan. Management modern mengajarkan mita untuk membangun tim kerja yang memberdayakan tim kerja.
Membangun tim kerja tidaklah sulit, karena prinsipnya adalah organizing. Namun memberdayakan tim tidaklah mudah karena anggota tim adalah manusia dengan berbagai latar belakang, karakter, keinginan, motivasi, bahkan visi yang berlabihan.
Tugas pemimpin yang lain adalah mencari calon-calon pemimpin baru yang kelak akan menggantikannya. Tidak hanya sekedar mencari tapi juga menyiapkannya. Salah satu cara paling baik adalah memberi kesempatan untuk belajar memimpin dengan memberi peluang berkereasi dalam koridor korporasi. Disini kita juga bertemu dengan prinsip delegasi, dimana pemimpin memberi kewenangan secara terbatas kepada bawahannya untuk mengembangkan tugas yang diberikannya secara proposional. Dalam bahasa Ki Hajar ini disebut tut wuri handayani atau dalam bahasa management disebut "to motivate".

Tidak ada komentar: